TEORI KOMUNIKASI
ORGANISASI DAN KOMUNIKASI MASSA
MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
NAMA DOSEN : MIRZA SHAHREZA.M,IK
NAMA KELOMPOK :
WAHYU BUDIMAN DASTA (1470201184)
KARINDA KAMALIA(1470201166)
JULIARTI SULISTIANAH (1470201194)
TAUFIK HIDAYAT(1470201161)
LINDA JULYANI(1470201157)
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU
KOMUNIKASI KELAS D
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat
ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul
”Organisasi dan Komunikasi
Massa”. Makalah ini kami susun dengan
harapan agar dapat menambah pengetahuan tentangTeoriKomunikasi
Makalahini merupakan hasil telah
dari beberapa referensi tentang Organisasi dan Komunikasi Massa. Tujuan umum pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan wacana kepada pembacatentangOrganisasidanKomunikasi
Massa. Penyusunanmakalah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak.
Kami menyadari bahwamakalahini masih jauh dari
sempurna. Demi kesempurnaan
makalahini kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semogamakalah ini
DAFTAR ISI
KataPengantar.................................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan........................................................................................................... 4
a. LatarBelakang…………………………………………………………………………...........4
b.RumusanMasalah.......................................................................................................... 4
c. Tujuan............................................................................................................................ 5
d. Manfaat.......................................................................................................................... 5
BAB II Pembahasan........................................................................................................ ..6
A. Pengertianorganisasi................................................................................................. ...6
B. Tradisisosiopsikologis................................................................................................. ..7
C. Tradisisibernetika........................................................................................................ 8
D.Tradisisosiokultural………………………………………………………………….............13
E.TradisiKritis……………………………………………………………………………..........18
F.Pengertiankomunikasimassa………………………………………………………............20
G. Ciri-cirikomunikasimassa………………………………………………………….............22
H.
Teori-teori Komunikasi massa………………………………………………………..........22
I. Konsepmassa................................................................................................................33
J.Proses komunikasimassa............................................................................................ 34
K.Budayamassa.............................................................................................................. 35
L.Fungsikomunikasimassa.............................................................................................. 36
M.Komunikasimassasebagaisistemsocial...................................................................... 39
N.Peran media massa..................................................................................................... 41
O.Efekkomunikasimassa................................................................................................ 41
BAB III Penutup............................................................................................................... 43
Kesimpulan...................................................................................................................... 43
Daftarpustaka................................................................................................................... 44
BAB I
PENDAHULUAN
a.
LATAR
BELAKANG
Hierarki
tentang kekuatan dan hubungan masih belum berbuat keadilan pada
organisasi.Organisasi terdiri dari manusia. Cara lain yang berguna untuk
memikirkan tentang organisasi adalah melalui penggunaan metafora.
Metafora-metafora tersebut adalah mesin-mesin, organism-organism, otak, sistem
politik, penjara fisik, dan kebudayaan.Manusia pada hakekatnya adalah mahkluk sosial, yang
dalam kehidupan sehari- hari tidak bisa lepas dari kegiatan interaksi dan
komunikasi.
Komunikasi
merupakan bagian integral kehidupan manusia, apapun statusnya di masyarakat.
Sebagai mahkluk sosial, kegiatan sehari- hari selalu berhubungan dengan orang
lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup. Komunikasi adalah hubungan antar
dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari
disadari atau tidak disadari komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia
itu sendiri, paling tidak sejak ia dilahirkan sudah berhubungan dengan
lingkungannya.
Komunikasi
amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran manusia. Atau
dengan kata lain, ilmu komunikasi juga berkaitan erat dengan ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia. Organisasi dan komunikasi massa tidak
terlepas dan saling ketergantungan satu sama lain. Organisasi akan terbentuk
apabila dilakukan dengan komunikasi yang baik.
b. RUMUSAN MASALAH
Agar dalam pembuatan makalah ini
tidak terlalu kompleks maka dirumuskan masalah yaitu sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan Organisasi?
b. Apa ciri-ciri dan konsep komunikasi massa?
c. Apa fungsi komunikasi massa?
c.
TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Komunikasi
b. Untuk memperluas ilmu
pengetahuan organisasi dan komunikasi
massa
c. Mengetahui Pengertian,ciri-ciri,konsep,
dan fungsi organisasi dan komunikasi massa
d. MANFAAT
Adapun
manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu:
a. Makalah ini disusun sebagai salah
satu pemenuhan tugas dari mata kuliah Teori Komunikasi
b. Makalah ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan,khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
semua yang membacanya.
c. Makalah ini diharapkan dapat
membantu kita dan menjadikan semakin baiknya berorganisasi dan berkomunikasi.
d.
Agar dapat membantu kita mengetahui
tentang Organisasi dan Komunikasi Massa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ORGANISASI
Hierarki
tentang kekuatan dan hubungan masih belum berbuat keadilan pada
organisasi.Organisasi terdiri dari manusia.
Topic
|
Teori sosiopsikologis
|
Teori sibernetika
|
Teori sosiokultural
|
Teori kritis
|
Susunan,bentuk,dan fungsi
organisasi
|
Teori weber tentang
birokrasi
|
Proses mengorganisasi
Teori co-orientasi
Teori jaringan
|
Strukturasi
|
|
Manajemen,kendali dan
kuasa
|
|
|
Teori kendali organisasi
|
Wacana tentang kecurigaan
Manajerialisme dan
demokrasi
Gender dan ras dalam
komunikasi organisasi
|
Kebudayaan
|
|
|
Budaya organisasi
|
|
Cara lain yzang berguna
untuk memikirkan tentang organisasi adalah melalui penggunaan metafora.
Metafora-metafora tersebut adalah mesin-mesin, organism-organism, otak, sistem
politik, penjara fisik, dan kebudayaan. Metafora pertama morgan adalah mesin.
Layaknya
mesin, organisasi memiliki bagian-bagian yang menghasilkan produk dan
layanan.Anda dapat membongkar mesin, meletakkan bagian bagiannyadiatas kursi
dan jika anda cukup terampil, menyatukannya kembali.Bagian bagian mesin saling
tersambung dalam cara-cara yang memungkinkannya melakukan sesuatu, tetap
seperti organisasi. Metafora kedua morgan adalah organisme.
Layaknya
tumbuhan atau binatang, organisasi lahir, tumbuh, bekerja, ,menyesuaikan diri
dengan perubahan dalam lingkungan dan akhirnya mati. Struktur organisasi ini
tidak pernah diam, tetapi sellu bergerak dalam proses. Metafora yang lain
adalah otak, organisasi mengolah informasi, organisasi memiliki kecerdasan,
organisasi mengkonsep, dan organisasi membuat rencana-rencana. Akan tetapi
kendali bukanlah aliran atau pengaruh satu arah dari otak ke organ-organ yang
lain.
Malahan
kendali dibentuk oleh pola-pola pengaruh, atau sistem kendali.Yang menjadikan
organisasi seperti sebuah sistem politik, metafora berikutnya, dimana kekuasaan
disalurkan, pengaruh dinyatakan, dan keputusan dibuat. Akhirnya, morgan
menempatkan kebudayaan sebagai sebuah metafora.
Pikirkan
tentang kebudayaan-kebudayaan tempat anda berada. Kebudayaan tersebut dapet
berupa etnis, kebangsaaan,ras, atau bentuk-bentuk budaya lainnya.kebudayaan
memiliki sebuah identitas sebagai kebudayaan karena adanya nilai-nilai,
norma-norma, keyakinan dan kebiasaan bersama. Setiap metafora yang disadur oleh
morgan memberikan pemahaman yang berbeda dalam kehidupan organisasional.
B.
TRADISI SOSIOPSIKOLOGIS
Teori-teori
sosiopsikologis tentang organisasi cenderung terfokus pada atribut atau
karakteristik, individu dan kelompok bukan pada pola-pola komunikasi.Baik
sosiologi maupun psikologi memiliki pengaruh yang besar dalam
penelitian-penelitian tentang organisasi.Selanjutnya kami menggunakan bagian
ini sebuah peluang untuk memperkenalkan karya yang mendasar dari max weber.
b.1 Teori
Weber tentang birokrasi
Max
Weber orang yang paling terkait dengan bagaimana manusia bertindak secara
rasional untuk meraih tujuan-tujuan mereka
ingin menjelaskan proses-proses sosial dalam sebuah cara yang
menghubungkan motivasi individu dengan hasil-hasil sosial. Teori-teori weber
juga memberikan sebuah kerangka kerja untuk pandangan tradisional tentang
sususan organisasi sebagai sesuatu yang hierarki dan diatur oleh aturan. Max
weber menghasilkan banyak karya dalam instuisi manusia, diantaranya adalah
teori tentang birokrasi. Weber mencoba untuk mengenali cara terbaik organisasi
dalam mengatur kerumitan kerja individu dengan tujuan umum, dan prinsip-prinsipnya
memiliki kekuatan yang tetap ada selam bertahun-tahun.
Weber
mendefinisikan sebuah organisasi sebagai sebuah sistem kegiatan interpersonal
yang memiliki maksud tertentu yang dirancang untuk menyelaraskan tugas-tugas
individu.Keefektifan organisasi bergantung pada tingkatan yang memberikan
manajemen kekuasaan resmi (legitimate power) oleh organisasi. Anda cenderung
melakukan apa yang dikatakan oleh atasan anda karena organisasi memberi atasan
anda otoritas yang sah untuk memberi perintah. Organisasi didirikan sebagai
suatu sistem rasional oleh kekuatan aturan menjadikannya semacam otoritas
rasional resmi(rational-legal authority) cara terbaik untuk mengorganisir
otoritas legal yang rasional menurut weber adalahdengan hierarki.Dengan
kata lain, atasan memiliki atasan, yang juga memiliki atasan lagi. Hierarki
dijelaskan oleh regulasi didalam organisasi tersebut.Setiap lapisan manajemen
memiliki otoritas resminya dan hanya kepala organisasi yang memiliki otoritas
penuh dan menyeluruh.
C.
TRADISI SIBERNETIKA
Teori
Weber yang dibahas dalam bagian sebelumnya menjelaskan susunan oraganisasi di
mana manusia ditempatkan dalam sebuah hierarki dan otoritas serta peranan yang
diberikan pada anggota organisasi.Ini merupakan sebuah pandangan tentang
susunan yang sedikit individualistis.Dalam pendekatan yang sangat berbeda,
teori-teori sibernetika memandang susunan sebagai sesuatu yang muncul dari
pola-pola inetraksi dalam organisasi. Teori-teori tersebut juga menempatkan
komunikasi di bagian depan sebagai proses kunci yang digunakan untuk memperoleh
susunan organisasi, berbeda dengan teori-teori sosiopsikologis yang
memandangnya hanya sebagai sebuah variabel.
c.1 Proses
Berorganisasi
Salah
satu teori yang paling berpengaruh dari tradisi sibernetika adalah teori dari
Karl Weick.Teori Weick tentang berorganisasi sangat penting dalam bidang
komunikasi karena teori ini menggunakan komunikasi sebagai sebuah dasar bagi
pengorganisasian manusia dan memberikan sebuah dasar pemikiran untuk memahami
bagaimana manusia berorganisasi.Menurut teori ini, organisasi bukanlah susunan
yang terbentuk oleh posisi dan peranan, tetapi oleh aktivitas komunikasi. Semua
perilaku dihubungkan karena perilaku seseorang bergantung pada perilaku orang
lain.
Secara
spesifik, interaksi yang membentuk sebuah organisasi terdiri atas sebuah tindakan (interact) atau sebuah pernyataan atau perilaku seorang individu.
Sebuah interaksi melibatkan sebuah
tindakan yang diikuti oleh sebuah respons, dan sebuah interaksi ganda (double
interact) terdiri atas sebuah tindakan yang diikuti oleh sebuah respons dan
selanjutnya sebuah penyesuaian atau tindak lanjut oleh orang yang pertama
bertindak. Weick yakin bahwa semua kegiatan berorganisasi adalah interaksi
ganda.Kegiatan berorganisasi berfungsi untuk mengurangi ketidakpastian
informasi.Istilah kunci teoretis Weick adalah equivocalityi, yang berarti ketidakpastian, kesulitan, ambiguitas,
dan kurangnya keterdugaan.
Tingkat
equivocality yang dialami akan
berbeda dalam setiap situasi, tetapi sering kali cukup besar, dan untuk
menguranginya akan memerlukan implikasi organisasi yang besar. Seiring waktu,
melalui interaksi, Anda akan bergerak dari tingkat kesamaran yang tinggi ke
tingkat yang rendah. Proses penghilangan kesamaran ini merupakan proses berkembang
dengan tiga bagian – pembuatan, pemilihan, dan penyimpanan.pembuatan (enactment)
adalah definisi tentang situasi, atau menyatakan adanya informasi yang
samar-samar dari luar. Proses yang kedua adalah pemilihan, yang anggota organisasi menerima beberapa informasi
sebagai sesuatu yang relevan dan menolak informasi lain.
Bagian
ketiga dari proses berorganisasi adalah penyimpanan,
dimanahal-hal tertentu akan disimpan untuk penggunaan dimasa yang akan datang.
Infomasi yang disimpan digabungkan pada kesatuan informasi yang sudah ada yang
menjalankan organisasi.Setelah terjadi penyimpanan, anggota organisasi
menghadapi sebuah titik pilihan (choice point). Dalam sebuah siklus
perilaku, tindakan anggota diatur oleh aturan
tindakan (assembly rules) yang
menuntun pilihan kebiasaan yang digunakan untuk menyelesaikan proses yang
sedang dijalankan (pembuatan, pemilihan, atau penyimpanan). Aturan-aturan
tersebut merupakan kriteria di mana pada anggota organisasi memutuskan apa yang
harus dilakukan untuk mengurangi kesamaran. Elemen-elemen dasar dari model
Weick- lingkungan, kesamaran, pembuatan, pemilihan, penyimpanan, titik pilihan,
siklus prilaku, dan aturan tindakan- semuanya berkontribusi terhadap
pengurangan kesamaran. Weick mengharapkan semua elemen ini bekerja bersama
dalam sebuah sistem, masing-masing elemen saling berhubungan.
c.2 Teori
Co-orientasi Taylor tentang Organisasi
Mengikuti
Weick, James Taylor dan koleganya memandang berorganisasi sebagai sebuah proses
interaksi, tapi mereka memperluas gagasan ini dalam cara yang berbeda.
Sebenarnya, teori Taylor menyertakan pengaruh yang kuat dari tradisi
sosiokultural dan fenomenologis, tetapi karena penekan sibernertikanya yang
jelas dan perluasan alami dari pemikiran Weick, kami memasukkanya dalam bagian
ini.
Taylor
memulai pemikirannya dengan gagasan bahwa kegiatan berorganisasi terjadi ketika
dua orang berinteraksi seputar focus masalah tertentu. Ketika berorientasi
bersama pada suatu masalah, para pelaku komunikasi mencoba untuk membicarakan
makna yang sesuai terhadap objek tersebut.Dalam sebagian besar kasus, dua
individu mempertemukan sudut pandang yang berbeda.Taylor menggambarkan hal ini
sebagai membedakan pandangan dunia (worldviews).Organisasi juga dibentuk
dalam sebuah proses “scaling up”
interaksi diatas interaksi. Taylor menggunakan analogi ubin yang dihubungkan
untuk menyampaikan gagasan ini. Setiap ubin mengggambarkan sebuah interaksi,
dan setiap interaksi selanjutnya dihubungkan dengan interaksi yang lain,
layaknya ubin yang dihubungkan dengan ubin lain dalam pemasangan ubin.
Metafora
ini berbeda dengan metafora yang lebih tradisional, pandangan atas bawah yang
menyatakan bahwa organisasi “dibentuk” oleh penguasa yang mengarahkan aktivitas
pada bawahannya.proses penafsiran percakapan maju mundur membentuk dan memberi
nyawa pada organisasi. Menurut Taylor, berorganisasi adalah sebuah prose
sirkuler, dengan interaksi dan penafsiran yang saling mempengaruhi. Hal ini
akan lebih mudah dipahami jika dapat memebedakan dua istilah teoretis-
percakapan (conversation) dan naskah
(text). Percakapan adalah interaksi atau perilaku para pelaku percakapan
terhadap satu sama lain – kata-kata yang mereka gunakan, sikap mereka, gerak
tubuh mereka.
Naskah adalah apa yang
dikatakan – isi dan gagasan yang ditanamkan dalam bahasa yang digunakan.
Percakapan dipahami sebagai naskah, dan naskah dipahami sebagai percakapan. Ini
merupakan sebuah proses yang Taylor dan rekan-rekannya namakan – penerjemahan ganda (double translation). Susunan dalam layaknya tata bahasa atau aransemen
struktural yang membentuk karakter organisasi dan menuntun tindakan-tindakannya
– sebuah jaringan aturan yang rumit tentang pola-pola interaksi yang diizinkan
dalam organisasi, kewajiban anggota, dan tugas dan tanggung jawab yang
diharapkan.Ini merupakan susunan moral atau pemahaman tentang bagaimana sesuatu
yang harus dilakukan. Susunan yang diciptakan dalam proses sangat tidak diduga,
dalam karya Taylor, pengaruh teori strukturasi yang dijelaskan lebih jauh dalam
bab ini.
c.3 Teori
jaringan
Dari
teori-teori Weick dan Taylor bahwa pola-pola komunikasi akan berkembang seiring
waktu dalam sebuah organisasi. Salah satu cara untuk melihat susunan organisasi
adalah dengan menguji pola-pola interaksi ini untuk melihat siapa yang
berkomunikasi dengan siapa. Jaringan (network) merupakan susunan sosial yang
diciptakan oleh komunikasi antarindividu dan kelompok.Saat manusia saling
berkomunikasi, terciptalah mata rantai.Mata rantai tersebut merupakan jalur
komunikasi dalam sebuah organisasi. Saat ini, kemampuan untuk menghasilkan mata
rantai telah semakin berkembang dengan adanya penemuan surat elektronik.
Hubungan
terus terbentuk melalui komunikasi yang berkelanjutan, dan tidak ada cara untuk
mengambil situasi yang dinamis dan sementara ini dalam bagan organisasi. Alat
bantu penelitian jaringan memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis sinkronik (synchronous), yang melihat
pada pengaruh jaringan dalam suatu waktu, dan analisis diakronik (diachronic), yang menunjukan bagaiman jaringan berubah
seiring waktu. Gagasan struktural dasar dari teori jaringan adalah keterkaitan (connectedness) – gagasan
bahwa pada pola komunikasi yang cukup stabil antarindividu. Hal ini disebut
dengan jaringan pribadi (personal network). Jaringan pribadi anda
adalah hubungan yang anda miliki dari yang anda jalin dengan orang lain dalam
organisasi, dan susunan jaringan pribadi anda akan terlihat sedikit berbeda
dari rekan kerja anda.
Organisasi
biasanya terdiri atas kelompok-kelompok yang kecil yang saling terhubung dalam
kelompok yang lebih besar dalam jaringan
organisasi (organizational network).Ada kalanya, sebuah mata rantai ddapat
bersifat ekslusif, tetapi biasanya mata rantai tersebut dibagi dengan banyak
orang lain, mata rantai juga dapat mendefinisikan sebuah peranan jaringan (network role) tertentu, yang berarti bahwa mereka
menghubungkan kelompok-kelompok dalam cara-cara tertentu.Sebuah hubungan (liaison) menghubungkan dua kelompok, tetapi bukan merupakan anggota
kelompok tersebut. Sebuah pemisah
(isolate) adalah individu yang tidak terhubung pada kelompok manapun. Para
peniliti juga menganalisis beberapa kualitas mata rantai diantara
orang-orang.Mata rantai juga berbeda dalam frekuensi
dan stabilitas, atau seberapa
sering mata rantai tersebut terjadi dan seberapa terduganya mata rantai
itu.Sebuah organisasi tidak pernah terdiri atas sebuah jaringan tunggal, tetapi
dibentuk oleh banyak jaringan yang saling menimpa.
Walaupun
sebagian besar jaringan bersifat multifungsi, atau majemuk (multiplex), jaringan dapat lebih berkonsentrasi pada salah
satu fungsi daripada fungsi yang lain. Sebuah jaringan yang sangat terhubung
itu kuat dan dekat, dan jaringan tersebut dapat menonjolkan pengaruh dengan
menentukan norma-norma untuk pemikiran dan perilaku.Kateristik dari sebuah
jaringan adalah sentralitas (centrality)
atau tingkatan tempat individu dan kelompok saling terhubung.Sebuah organisasi
yang sangat terpusat memiliki garis-garis yang berawal dari kelompok-kelompok
hingga sejumlah pusat-pusat kecil.Teori jaringan menggambarkan sebuah
organisasi, atau mungkin lebih tepatnya, berbagai gambar yang masing-masing
menjelaskan aspek kerja organisasi.Taylor menunjukan bagaimana co-orientasi
dibentuk untuk menciptakan kesepakatan organisasi. Saat beralih kebagian
selanjutnya dari susunan hubungan kemakna dan pemahaman yang dibentuk dalam
hubungan ini, kita mulai merasakan pengaruh dari tradisi sosiokultural
D.
TRADISI SOSIOKULTURAL
Teori-teori
sosiokultural sebenarnya kurang relevan dengan jaringan hubungan antarindividu
dan lebih terfokus pada makna dan penafsiran bersama yang terbentuk dalam
jaringan dan implikasi susunan ini ubtuk kehidupan organisasi bagian dari apa
yang didapat adalah pemahaman yang mengenai apa itu organisasi – susunan dan
bentuknya. Pembicaraan organisasi menciptakan sejumlah kendali dalam organisasi
dan juga akan menonjolkan kekuasaan. Percakapan akan memberikan organisasi
sebuah karakter yang berbeda dari organisasi lain. Karakter sebuah organisasi
sering kali disebut budayanya, yang terdiri atas aturan, norma, nilai, dan
praktik bersama yang digunakan secara umum dan diterima dalam organisasi.
d.1 Teori
Strukturasi
Strukturasi
terus terjadi dalam semua sistem sosial.Marshall Scott Poole dan Robert McPhee,
susunan adalah manifestasi dan juga hasil dari komunikasi dalam
organisasi.Susunan formal dari sebuah organisasi, seperti yang tertulis dalam
buku panduan pegawai, bagan organisasi, dan kebijakan memunculkan dua tipe
komunikasi. Pertama, adalah cara tidak langsung dalam memberitahu pegawai
mengenai organisasi – nilai, prosedur, dan metodenya. Kedua, adalah cara
anggota organisasi dapat berbicara tentang komunikasi dalam organisasi mereka.
Hasil dari keputusan baru dalam sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh
pola-pola komunikasi dan kempampuan komunikasi dari orang-orang yang
terlibat.selain susunan organisasi, iklim organisasi juga dapat muncul dari
strukturasi.
Menurut
Poole dan McPhee, iklim organisasi (climate) adalah penjelasan umum kolektif
tentang organisasi yang membentuk harapan dan perasaan anggotanya dan juga
kinerja organisasi.Poole dan McPhee mendefinisikan iklim organisasi secara
strukturasi sebagai “sebuah sikap kolektif yang terus dihasilkan dan dihasilkan
kembali oleh interaksi anggota.” Dengan kata lain, sebuah iklim organisasi
bukanlah “variabel” objektif yang memengaruhi organisasi, bukan pula persepsi
individu tentang organisasi. Poole memandang iklim organisasi sebagai sebuah
hierarki dari tiga lapisan sosial.Pertama. Adalah istilah0istilah yang digunakan
anggota untuk mendefinisikan dan menjelaskan organisasi: kolam konsep ( concept
pool). Kedua, adalah konsepsi dasar bersama yang sangat abstrak tentang
atmosfir organisasi: iklim kernel (kernel climate).
Terakhir, penerjemahan
kelompok tentang iklim kernel menjadi istilah-istilah yang lebih konkret
memengaruhi bagian mereka dari sebuah organisasi mendasari elemen yang ketiga:
iklim tertentu ( particular climate). Iklim kernel menyerap keseluruhan
organisasi, tetapi iklim-iklim tertentu bisa berbeda dari satu segmen
organisasi ke segmen lainnya. Dari konsep inti ini, ada empat elemen iklim
kernel yang muncul dalam organisasi ini:
1.
Perusahaan memiliki sebuah susunan formal
yang kaku yang sering membatasi.
2.
Kontibusi terhadap keuntungan sangat penting.
3.
Pekerjaan yang kreatif lebih dihargai dari
pada pekerjaan rutin.
4.
Komitmen pegawai sangat penting.
Keempat
elemen iklim kernel ini diartikan secara berbeda kedalam iklim kedua kelompok
tersebut.
d.2 Teori
kendali organisasi
Phillip
Tompkins, George Heney, dan rekan-rekan mereka telah mengembangkan sebuah
pendekatan yang baru dan berguna terhadap komunikasi organisasi. Para ahli
teori ini tertarik dalam cara-cara komunikasi biasa membentuk kendali atas
pegawai. Sebenernya, kendali dinyatakan dalam organisasi dengan empat cara.
Pertama, kendali sederhana (simple control), atau penggunaan kekuasaan yang
langsung dan terbuka.Kedua, kendali teknis (technical control), atau penggunaan
alat-alat dan teknologi.
Bentuk
kendali yang ketiga adalah birokrasi, yang merupakan penggunaan prosedur
organisasi dan aturan-aturan formal, seperti yang digambarkan Weber. Keempat,
dan yang paling menarik bagi Cheney dan Tompkins, adalah kendali konsertif
(concertive control)- penggunaan hubungan interpersonal dan kerja sama tim
sebagai sebuah cara kendali. “Dalam organisasi konsertif, aturan dan regulasi
yang tertulis jelas digantikan oleh pemahaman pemaknaan nilai, objektif, dan
cara-cara pencapaian bersama, sejalan dengan apresiasi yang mendalam untuk
‘misi’ organisasi.Walaupun keempat tipe kendali tersebut biasanya ditemukan
dalam berbagai kombinasi, ada kecenderungan menjauh dari kendali langsung dan
sederhana ke bentuk kendali yang lebih halus, kompleks, dan konsertif.Kendali
konsertif adalah sejenis “disiplin,” atau paksaan yang mempertahankan susunan
dan konsistensi melalui kekuasaan.
Dalam
kendali konsertif, disiplin diraih dengan “menormalkan” perilaku, membuat
cara-cara tertentu yang berjalan normal dan alami, sesuatu yang ingin dilakukan
oleh anggota organisasi.Dalam banyak organisasi, rapat cenderung dimulai pada
jam sekian dan berakhir pada jam sekian.Apakah lamanyasekitar satu, dua, atau
tiga jam, pola ini adalah pola umum. Manusia bekerja sama untuk membuat situasi
ini normal. Dengan adanya penemuan surat elektronik, semua yang tidak dapat
diceritakan dalam situasi tatap muka dapat dibagi melalui surat elektronik, dan
organisasi segera mengembangkan aturan informal tentang apa yang tepat dan apa
yang tidak. Akhirnya, cara kendali yang paling efektif didasarkan pada
nilai-nilai yang mendorong anggota organisasi-hal paling dasar yang mereka
perjuangkan.
Dasar
pemikiran diterima karena adanya insentif seperti gaji dan otoritas orang-orang
yang memiliki kekuasaan-sangat berhubungan dengan gagasan weber tentang
birokrasi.Namun, penerimaan ini tidak datang begitu saja, karena konflik sering
terjadi dari perbedaan antara keyakinan pribadi pegawai dan pemikiran
organisasi.Diantara banyak hal yang diciptakan melalui interaksi dalam
organisasi adalah identitas. Secara alami, kita memiliki identitas pribadi yang
kompleks, dan sebagian besar kita didasarkan pada hubungan yang kita jalin
dengan orang lain dalam kelompok dan organisasi. Disini, para ahli teori sangat
bergantung pada karya Kenneth burke. Identifikasi (identification) terjadi
ketika individu menyadari dasar mereka.
Kita
terhubung dengan individu sebagai teman berbagi sesuatu yang sama dan semakin
kita berbagi dengan orang lain, semakin besar identifikasi antara kita. Siapa
kita dalam organisasi, identitas kita, menentukan tingkatan identifikasi yang
kita cari. Pada saat yang sama, identifikasi kita membentuk siapa kita,
identitas kita. Pengaruh dari semua ini adalah susunan harapan antara siswa,
pengajar, dan mungkin orang lain yang membentuk perkembangan siswa tersebut dan
memuntaskan untuk menjadi pengajar dan mengajarkan disebuah universitas, dan
pola tersebut berlanjut lagi.
Oleh
karena identifikasi pribadi mereka memulai memikirkan nilai-nilai, dan
cita-cita organisasi.Identifikasi ini membentuk asumsi dan perilaku anggota,
dan ini merupakan intisari dari kendali konsertif, dimana para anggota dapat
sama-sama “berpikir” dengan dasar pemikiran bersama.Ketika diccapai sejumlah
identifikasi tertentu, entime organisasi memungkinkan adanya kendali
konsertif.Dalam sebuah entime, satu atau beberapa dasar pemikiran dalam rantai
pemikiran ditinggalkan dan disediakan oleh audiens.Dalam organisasi, para
anggota adalah semacam audiens yang mencapai kesimpulan tertentu berdasarkan
pada dasa pemikiran implicit bersama.
Dalam
memberitahu anggota organisasi lingkungan yang lain, pembicara ini tidak perlu
mengutarakan secara eksplisit tentang argument ini dan dapat mengandalkan
penerimaan anggota terhadap pemikiran ini yang menghasilkan penerimaan
pernyataan yang hampir langsung.
Tompkins
dan Cheney sangat tertarik pada bagaimana entime digunakan dalam organisasi
untuk kendali tidak langsung dalam pengambilan keputusan.Untuk menelusuri
identifikasi organisasi, Michael Papa, Mohammad Auwal, dan Arvind Singhal meneliti
Grameen Bank di Bangladesh.Grameen (berarti bank pedesaan) didirikan pada
tahunn 1976 sebagain sebuah percobaan dalam perkembangan dan otonomi
pedesaan.Percobaan ini dirancang untuk meningkatkan layanan perbankan bagi
orang-orang miskin menghapus eksploitasi menciptakan lapangan pekerjaan dan
mendirikan lembaga perbankan kecil dan local yang dijalankan oleh masyarakat
itu sendiri.
Organisasi
mewakili ringkasan kendali konsertif melalui identifikasi.Para anggotabekerja
keras untuk memastikan bahwa penerima pinjaman mengembalikan pinjaman
mereka.Tingkat kendali konsertif yang sangat kuat ini sangat bertentangan.
Kendali ini menguasakan pegawai untuk menentukan standar mereka, tetapi dalam
prosesnya, prosedur dan etika kerja mereka telah menjadi suatu adat kebiasaan,
yang ironisnya melemahkan pegawai, yang mungkin tidak ingin membuat cara kerja
yang baru. Kendali konsertif adalah salah satu mekanisme yang digunakan oleh
organisasi yang kompleks saat ini tidak memiliki gambaran tunggal dengan ketertarikan
tunggal yang sesuai.
Kadang-kadang,
organisasi harus berubah yang berarti mengubah identitas, bukan
mempertahankannya, organisasi harus menciptakan sebuah identitas baru yang
sebagian didasarkan pada ketertarikan dari bagian dassar keanggotaannya. Salah satu
faktor pemersatu dari sebuah organisasi dapat berupa budayanya, dan kita akan
menelusuri sebuah teori dengan focus pada hal selanjutnya.
d.3 Budaya
Organisasi
Teori-teori
tentang budaya organisasi menekankan pada cara-cara manusia membentuk realitas organisasi.
Sebagai penelitian tentang cara hidup organisasi, pendekatan ini melihat pada
makna dan nilai anggota. Gerakan budaya organisasi telah sangat luas menyentuh
hampir semua aspek kehidupan organisasi.John Van Maanen dan Stephen Barley
menggarisbawahi empat “bidang” budaya organisasi.Bidang yang pertama, konteks ekologis (ecological context),
adalah dunia fisik, termasuk lokasi, waktu dan sejarah, dan konteks sosial yang
didalamnya oragnisasi berjalan.Biddang budaya yang kedua terdiri atas jaringan,
atau interaksi diferensial (differential
interaction).
Maka
ada cara yang umum dalam menafsirkan kejadian, atau pemahaman kolektif (collective understanding). Ini merupakan “isi”
dari budaya – gagasan, cita-cita, nilai, dan kegiatan.Akhirnya, ada kegiatan
atau tindakan individu, yang mendasari bidang
individu (individual domain).Beberapa organisasi yang besar terdiri atas
sebuah budaya tunggal.Budaya organisasi sanagat dipengaruhi oleh tradisi
sosiokultural dalam komunikasi. Dalam membicarakan sebuah proses pembentukan
realitas yang memungkinkan manusia melihat dan memahami kejadian, tindakan,
objek, ucapan, atau situasi tertentu dalam cara-cara yang berbeda. Pola-pola
pemahaman ini juga memberikan sebuah dasar untuk membuat perilaku seseorang
berarti dan pantas.Budaya organisasi adalah sesuatu yang dihasilkan melalui
interaksi sehari-hari dalam organisasi- bukan hanya tugas pekerjaan, tetapi
semua jenis komunikasi.Pacanowsky dan O’Donnell – Trujillo menggarisbawahi
empat karakteristik penampilan komunikasi.
Pertama,
interaksional, lebih seperti dialog bukan seperti berbicara pada diri
sendiri.Kedua, penampilan bersifat kontekstual.Penampilan tidak dapat dipandang
sebagai tindakan mandiri, tetapi selalu ditanamkan dalam kerangka
aktivitas.Ketiga, penampilan adalah peristiwa. Penampilan adalah peristiwa yang
memiliki awal dan akhir, dan penampilannya dapat menyatukan peristiwa dan membedakannya
dari peristiwa lain.
E.
TRADISI KRITIS
Tradisi
kritis dalam komunikasi organisasi juga terkait dengan budaya, tetapi lebih
khusus lagi dengan hubungan kekuasaan dan ideology yang muncul dalam interaksi
organisasi.Dennis Mumby menyatakan, salah satu ajaran prinsipil dari pendekatan
penelitian kritis adalah bahwa organisasi bukan hanya tempat netral untuk
pembuatan makna.Namun, organisasi menghasilkan dan dihasilkan dalam konteks
perjuangan antara ketertarikan kelompok dan sistem representasi yang saling
bersaing.
e.1 Wacana
Kecurigaan dari Dennis Mumby
Karya
Dennis Mumby dalam komunikasi organisasi menanamkan sebuah pergeseran dari
pendekatan yang hanya mencoba untuk menjelaskan dunia organisasi ke pendekatan
yang menyoroti cara-cara di mana dunia organisasi menciptakan pola-pola
dominan.Mumby menggunakan kata-kata wacana
kecurigaan (discourse of suspicion) untuk menyatakan bagaimana makna dan
perilaku dipermukaan mengaburkan susunan dalam dari konflik dan
ketidakleluasaan yang membatasi kemungkinan adanya masyarakat yang
demokratis.Mumby sendiri melakukan pengujian kritis tersebut dengan menggunakan
konsep hegemoni dari karya teori kritis.
Hegemoni
dalam komunikasi organisasi adalah “hubungan dominasi di mana kelompok-kelompok
bawahan secara aktif menyetujui dan mendukung sistem kepercayaan dan susunan
hubungan kekuasaan yang tidak memberikan- sebenernya dapat bertentangan-
ketertarikan tersebut. Gagasan mumby tentang hegemoni adalah sebuah proses
penonjolan dan perlawanan yang pragmatis, interaktif, dan dialektis.hegemoni
adalah sebuah hasil perjuangan yang penting- baik itu selalu baik atau buruk-
antara kelompok pemegang saham dalam tindakan yang berdasarkan situasi
sahari-hari.
e.2 Deetz
pada Manajerialisme dan Demokrasi Organisasi
Membutuhkan
demokrasi dari tindakan sehari-hari, Stanley Deetz menunjukan bahwa organisasi
kontemporer memberikan keistimewaan pada minat manajerial di atas minat akan
identitas, komunikasi, dan demokrasi. Demokrasi, dengan kata lain, harus
terjadi dalam kegiatan komunikasi sehari-hari, dan di sinilah perubahan dalam
budaya organisasi dimulai.Demokrasi yang nyata seperti yang muncul dalam
situasi pembicaraan ideal adalah sebuah “tanggapan yang seimbang”, demokrasi
ini tidak mencoba menciptakan beragam susunan, tapi lebih pada pembentukan
sikap kritik konstan dan pemberian kuasa dalam kehidupan sehari-hari. Deetz
telah memberikan sebuah metateori peneliatian kritis sebagai sebuah cara untuk
menilai situasi nyata yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Deetz
menyatakan bahwa teori kritikal “ selalu yang terbaik ketika mulai dengan
perhatian yang dalam, tetapi tidak berakhir disana, menelusuri konstruksionisme
sosial historis tanpa melupakan dasar yang lain, dan membuat pernyataan umum
tanpa rasa puas diri, menarik perhatian, atau sederhana.
e.3 Gender
dan Ras dalam Komunikasi Organisasi
Usaha-usaha
Mumby dan Deetz untuk memahami rangkaian dominasi resistansi telah ditambahkan
oleh ilmu feminis dalam organisasi komunikasi.Sebuah kajian oleh Joan Acker
yang berpendapat bahwa organisasi dibentuk oleh gender, berpendapat bahwa
organisasi adlah formasi sosial gender. Ilmu pengetahuan ini mengubah perhatian
dari isu gender dalam organisasi
menjadi kajian gender dalam organisasi.
Angela
Trethewey adalah akademisi komunikasi organisasional feminis yang telah
menyebutkan gagasan dari organisasi sebagai wilayah gender dalam serangkaian
kajian penelitian. Trethewey telah sangat berpengaruh dalam berteori tentang
penolakan besar-besaran dalam organisasi wanita dan asumsi dari penolakan
tersebut.Trethewey menganjurkan bahwa bentuk penolakan ini membuat wanita mampu
merasakan kuasa terhadap mereka sendiri dan untuk memimpinkan kondisi
alternative dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dalam
organisasi yang kompleks, memahami peran ironuis bermain dalam mengizinkan
semua wacana yang berbeda untuk hadir di waktu yang sama sebagai sebuah cara
untuk menagkap dan mengalisis kompleksitas, ambiguitas, dan perbedaan kehidupan
organisasi kontemporer. Trethewey menganggapnya serius dengan menguji
organisasi sebagai wilayah gender yang berisikan kegiatan hegemonis.
Karen
Aschraft dasn koleganya Brenda Allen memperluas kajian feminis dalam
organisasi, menyarankan bahwa secara mendasar organisasi tidak hanya sebuah
area gender, tetapi mereka juga adalah “ras”.
Robin
Clair memperlusd ketertarikan dalam kompleksitas kehidupan organisasional dan
jalur-jalur ras, gender, dan kategori identitas lain yang berperan secara
strategis dalam merespons berbagai lapis makna. Clair meneruskan karyanya dalam
paradoks tekanan keheningan suara dengan isu pelecehan seksual. Dalam
analisisnya, ia menemukan bahwa penolakan dan penekanan adalah sejenis suara
dan keheningan tertentu- fenomena komunikasi rumit yang secara berkesinambungan
mengandung dan melawan organisasi di mana mereka terjadi. Ilmu feminis menuntun
kita dalam menyelidiki kemungkinan tidak terduga dan kemingkinan yang ada dalam
kehidupan organisasi- dimensi gender dan ras-nya dan menyambung komunikasi yang
berfungsi untuk menyuguhkan dan melawan ideologi organisasi dominan.
Dalam
bab ini, kita melihat daya tarik yang kuat antara teori kritis dan sosial
budaya mengenai teori komunikasi organisasi. Tradisi sosial budaya sering
cenderung berpusat pada deskripsi atau reprentasi perilaku organisasi, sementara
tradisi kritis mengurai wacana kecurigaan Mumby, secara kritis menilai semua
aspek kehidupan organisasi. Keduanya mengangkat ide-ide keragaman penyusunan
sosial, termasuk budaya itu sendiri, diciptakan bersamaan seiring dengan
kehidupan sehari-hari, keduanya melihat struktur dan penyusunan sosial ini
signifikan bagi kehidupan anggota kelompok, tetapi teori kritis menyoroti lebih
jauh dalam penyusunan tersebut yang hegemonis dan jauh dari demokratis.
F.
PENGERTIAN KOMUNIKASI MASSA
Komunikasimassa adalah
proses dimana organisasi media membuat
danmenyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik).Organisasi-organisasi
media iniakan menyebarluaskan pesan-pesan yang akan memengaruhi
danmencerminkan kebudayaan suatu
masyarakat,lalu informasi ini akan mereka hadirkan serentak pada khalayak luas
yang beragam. Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi
yang kuat di masyarakat.Dalam komunikasi masa, media masa menjadi otoritas
tunggal yang menyeleksi, memproduksi pesan, dan menyampaikannya pada khalayak.unsur-unsur
penting dalam komuniksai massa adalah :
1.
Komunikator
2.
Media
massa
3.
Informasi
(pesan)
4.
Gatekeeper
5.
Khlayak
(public) dan
6.
Umpan
balik
·
Komunikator dalam komunikasi massa adalah:
1.
pihak
yang mengandalkan media massa dengan teknologi komunikasi modern, sehingga
dapat dengan cepat diakses oleh publik.
2.
Pihak
yang berusaha memberikan jasa melalui penyebaran informasi dan sekaligus
menjadi agen perubahan dalam pemahaman, wawasan dan solusi-solusi dengan jutaan
massa yang tersebar dimanapun tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka.
3.
Pihak
yang menjadi sumber informasi atau pemberitaan yang mewakili institusi formal
yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi itu.
·
Media massa adalah saluran/alat komunikasi dan informasi yang
melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat
secara missal
·
Informasi massa adalah informasi yang diperuntukan kepada
masyarakat secara massal, bukan hanya informasi yang hanya dikonsumsi secara
pribadi. Dengan demikian informasi massa adalah milik publik, bukan
individu. Misalnya berita, iklan, sinetron, film, infoteiment, dsb
·
Gatekeeper adalah penyeleksi informasi. Sebagaimana
diketahui bahwa komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang organisasi
media massa, mereka inilah yang akan menyeleksi setiap informasi yang akan
disebarkan kepada masyarakat. Bahkan mereka memiliki kewenangan untuk
memperluas atau membatasi informasi yang akan disebarkan tersebut. Mereka adalah
wartawan,editor,stradara,dsb
·
Khalayak adalah massa yang menjadi tujuan dari penyebaran
informasi dari media massa Mereka bersifat heterogen dan luas,
·
Umpan balik. Awalnya umpan balik bersifat tertunda namun
dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi, maka komunikasi interaktif
dapat dilakukan secara langsung melalui media massa.
G. CIRI – CIRI KOMUNIKASI MASSA
1. Menggunakan media masa dengan
organisasi (lembaga media) yang jelas.
2. Komunikator memiliki keahlian
tertentu
3. Pesan searah dan umum, serta
melalui proses produksi dan terencana
4. Khalayak yang dituju heterogen dan
anonim
5. Kegiatan media masa teratur dan
berkesinambungan
6. Ada pengaruh yang dikehendaki
7. Dalam konteks sosial terjadi saling
memengaruhi antara media dan
kondisi masyarakat sertasebaliknya.
8.Hubungan antara komunikator (biasanya media massa) dan komunikan
(pemirsanya) tidak bersifat pribadi.
H.
Teori-teori Komunikasi Massa
1.
Teori Jarum Suntik (Hypodermic Needle Theory)
Audiens (Receiver/R)
dalam teori ini dipandang bersikap pasif dan segala informasi yang diterima,
dengan sendirinya juga audiens terpengaruhi sikapnya.Makanya teori ini disebut
teori jarum hipodermik, karena daya serap audiens yang efektif seperti sedang
menerima suntikan.Pada dasarnya, model ini berpendapat bahwa pesan langsung diterima
dan seluruhnya diterima oleh penerima.
Teori ini ditampilkan tahun 1950-an
setelah peristiwa penyiaran kaledioskop stasiun radio siaran CBS di
Amerika berjudul The Invansion from Mars.Teori ini mengasumsikanbahwa
media massa memiliki kekuatan yang luar biasa, sehingga khalayak tidak mampu
membendung informasi yang dilancarkannya. Sedangkan khalayak dianggap pasif,
sehingga tidak bisa bereaksi apapun kecuali hanya menerima begitu saja
semua pesan yang disampaikan media massa.
Teori ini di samping mempunyai pengaruh
yang sangat kuat juga mengasumsikan bahwa para pengelola media dianggap sebagai
orang yang lebih pintar dibanding khalayak. Akhirnya, khalayak bisa dikelabui
sedemikian rupa dari apa yang disiarkannya.Teori ini mengasumsikan media massa
mempunyai pemikiran bahwa khalayak bisa ditundukkan atau bahkan bisa dibentuk
dengan cara apapun yang dikehendaki media.
Contoh kasus:
Adegan yang ada di film bergenre action sedikit banyak
telah mempengaruhi perilaku anak-anak dalam kehidupan sehari-harinya.Apabila
mereka berkelahi tak jarang mereka melakukan sama persis dengan apa yang
dilakukan oleh aktris dalam film
yang ditontonnya. Oleh karena itu, pengawasan orang tua dirasa sangat
diperlukan dalam hal ini.
2.
Teori Kutivasi (Cultivation Theory)
Teori ini ppertama kali dikenalkan oleh
Profesor george Gerbner ketika ia menjadi Dekan Anneberg School of
Communication di Universitas Pennsylvania Amerika Serikat. Tulisan pertamanya
yang memperkenalkan teori ini adalah Living with Television: The
Violenceprofile, Journal of Communication.
Menurut teori ini, televisi menjadi
media atau alat utama di mana para penontonn televisi belajar tentang
masyarakat dan kultur di lingkungannya. Teori kultivasi ini di awal
perkembangannya lebih memfokuskan kajiannya pada studi televisi dan khalayak,
khususnya memfokuskan pada tema-tema kekerasan di televisi. Para pecandu berat
televisi akan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi adalah dunia yang
senyatanya. Penelitian kultivasi menekankan bahwa media massa merupakan agen
sosialisasi dan menyelidiki apakah penonton televisi itu lebih mempercayai apa
yang disajikan televisi daripada apa yang mereka lihat sesungguhnya.
Contoh kasus:
Program acara sinetron yang ditayangkan televisi swasta
semisal Diam-diam Suka, Cinta yang sama, dan
lain-lain ini masing-masing membahas kehidupan remaja yang
menonjolkan masalah percintaan, gaya hidup remaja yang glamour,
kenakalan remaja, dan
lain-lain,Para pecandu berat televisi akan mengatakan bahwa di
masyarakat sekarang khususnya kehidupan para remajanya istilah pacaran bukanlah
hal yang tabu, bahkan sudah sampai pada taraf yang tidak semestinya, yakni
adanya fenomena remaja hamil di luar nikah dan aborsi. Hal ini terjadi karena
sinetron yang ditontonnya menonjolkan kasus tersebut. Pendapat itu mungkin
memanng tidak salah, tetapi ia terlalu menggeneralisasikan ke seluruh lapisan
masyarakat. Bahkan pecandu sinetron sangat percaya bahwa apa yang terjadi pada
masyarakkat sama seperti yang dicerminkan dalam sinetron-sinetron tersebut.
3.
Cultural Imperialism Theory
Teori ini pertama kali ditemukan
oleh Herb Schiller pada tahun 1973. Tulisan pertamanya yang dijadikan
sebagai dasar munculnya teori ini adalah Communication and Cultural
Domination.
Teori imperialisme budaya menyatakan
bahhwa negara Barat mendominasi media di seluruh dunia. Hal ini berarti, media
massa negara Barat mendominasi media massa di dunia ketiga. Alasannya, media
Barat mempunyai efek yang kuat untuk mempengaruhi media dunia ketiga. Media
Barat sangat mengesankan bagi media dunia ketiga, sehingga mereka ingin meniru
budaya yang muncul lewat media tersebut. Dalam perspektif teori ini, ketika
terjadi proses peniruan media negara berkembang dari negara maju, saat itulah
terjadi penghancuran budaya asli di negara ketiga.
Kebudayaan Barat memproduksi hampir
mayoritas media massa di dunia, seperti film, berita, komik, foto, dan
lain-lain. Mereka bisa mendominasi sedemikian rupa karena punya uang dan
teknologi. Negara dunia ketiga tertarik untuk membeli produk Barat tersebut.
Sebab, membeli produk jauh lebih murah daripada membuatnya sendiri. Dampak
selanjutnya, orang-orang di negara dunia ketiga yang melihat media massa di
negaranya akan menikmati sajian-sajian yang berasal dari gaya hidup,
kepercayaan, dan pemikiran.
Selanjutnya, negara dunia ketigatanpa
sadar meniru apa yang disajikan media massa yang sudah banyak diisi oleh
kebudayaan Barat tersebut. Saat itulah terjadi penghancuran budaya asli
negaranya untuk kemudian mengganti dan disesuaikan dengan budaya Barat.
Kejadian ini bisa dikatakan sebagai imperialisme budaya Barat. Imperialisme itu
dilakukan oleh media massa Barat yang telah mendominasi media massa dunia
ketiga.
Contoh kasus:
Ketika dalam kita menonton film Independence Day,
saat itu kita belajar tentang bangsa Amerika dalam menghadapi musuh atau
perjuangan rakyat Amerika dalam mencapai kemerdekaan.
4.
Media Equation Theory
Teori ini pertama kali dikenalkan oleh
Byron Reeves dan Clifford Nass (profesor jurusan komunikasi Universitas
Stanford Amerika) dalam tulisannya The Media Equation: How People and Places
pada tahun 1996.
Media Equation
Theory atau teori persamaan media ini ingin menjawab persoalan
mengapa orang-orang secara tidak sadar dan bahkan secara otomatis merespons apa
yang dikomunikasikan media seolah-olah (media itu) manusia. Menurut
asumsi teori ini, media diibaratkan manusia. Teori ini memperhatikan bahwa
media juga bisa diajak berbicara. Media bisa menjadi lawan bicara individu
seperti dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi face
to face.
Contoh kasus:
Teori ini akan menemukan kebenarannya jika digunakan
untuk mengamati aktivitas di dalam perpustakaan. Banyak perpustakaan yang saat
ini memanfaatkan komputer. Suatu fakta yang tidak pernah kita bayangkan
sebelumnya. Jika sebelumnya kita mencari katalog secara manual (misalnya dengan
mencari daftar buku di laci kecil perpustakaan yang berisi daftar singkat
mengenai sebuah buku dan jika kita bingung akan bertanya pada petugas
perpustakaan), saat ini semua itu sudah diatasi dengan komputer yang
disediakan di perpustakaan. Komputer akan menjawab semua persoalan kita
yang berhubungan dengan perpustakaan scera umum dan buku yang disediakan secara
khusus.
5.
Spiral of Silence Theory
Elizabeth Noelle-Neumann (seorang
profesor emiritus penelitian komunikasi dari Institute fur Publizistik Jerman)
adalah orang yang memperkenalkan teori spiral keheningan/kesunyian ini. Secara
ringkas teori ini ingin menjawab pertanyaan mengapa orang-orang dari
kelompok minoritas sering merasa perlu untuk menyembunyikan pendapat dan
pandangannya ketika berada dalam kelompok mayoritas. Seseorang sering merasa
perlu menyembunyikan “sesuatu”-nya ketika berada dalam kelompok mayoritas.
Bahkan orang-orang yang sedang berada
dalam kelompok mayoritas sering merasa perlu untuk mengubah pendiriannya.
Sebab, kalau tidak mengubah pendiriannya, ia akan merasa sendiri. Kajian ini
menitikberatkan peran opini dalam interaksi sosial. Opini yang berkembang
dalam kelompok mayoritas dan kecenderungan seseorang untuk diam (sebagai dasar
teori spiral kesunyian) karena dia berasal dari kelompok minoritas juga bisa
dipengaruhi oleh isu-isu dari media masa.
Contoh kasus:
Di Indonesia ada dua kelompok besar
yang setuju dan tidak setuju dengan penerapan di Indonesia. Bagi kelompok yang
pro demokraasi dikatakan bahwa demokrasi merupakan hasil akhir dan paling baik
yang akan mengantarkan bangsa Indonesia ke kehidupan yang lebih baik di masa
yang akan datang. Asumsi lainnya, bahwa masyarakat itu adalah pilar utama
negara, maka demokrasi harus dijalankan dalam berbagai aspek kehidupan.
Sementara itu, kelompok penentang demokrasi mengatakan bahwa kita mempunyai
cara sendiri dalam mengatur negara dan masyarakat Indonesia, kita memiliki
Pancasila, dan kita adalah bangsa yang mementingkan perstuan. Demokrasi
hanya akan mengancam keharmonisan hidup selama ini. Kalangan Islam mengatakan
bahwa demokrasi dalam Islam sudah ada dan tidak perlu mengubahnya.
6.
Technological Determinism Theory
Teori ini dikemukakan oleh Marshall
McLuhan pertama kali pada tahun 1962 dalam tulisannya The Guttenberg Galaxy:
The Making of Typographic Man. Ide dasar teori ini adalah bahwa perubahan
yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula
keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk bagaimana cara berpikir,
berperilaku dalam masyarakat, dan akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak
dari satu abad teknologi ke abad teknologi yang lain.
McLuhan berpikir bahwa budaya kita
dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi. Paling tidak, ada beberapa
tahapan yang layak disimak. Pertama, penemuan dalam teknologi komunikasi
menyebabkan perubahan budaya. Kedua, perubahan di dalam jenis-jenis
komunikasi akhirnya membentuk kehidupan manusia. Ketiga, peralatan untuk
berkomunikasi yang kita gunakan membentuk atau memengaruhi kehidupan kita
sendiri.
Contoh kasus :
Suatu masyarakat yang belum mengenal
huruf menuju masyarakat yang memakai peralatan komunikasi cetak ke masyarakat
yang memakai peralatan komunikasi elektronik.
7.
Teori Difusi Inovasi (Diffusion Inovation Theory)
Artikel berjudul The People’s Choice
yang ditulis oleh Paul Lazarfeld, Bernard Barelson, dan H. Gaudet pada tahun
1944 menjadi titik awal munculnya teori difusi-sosial. Dalam teori ini
dikatakan bahwa komunikator yang mendapatkan pesan dari media massa sangat kuat
untuk memengaruhi khalayak. Dengan demikian, adanya inovasi, lalu disebarkan
(difusi) melalui media massa akan kuat memengaruhi massa untuk mengikutinya.
Teori ini di awal perkembangannya
mendudukkan peran opini dalam memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat, Artinyamedia
massa mempunyai pengaruh yang kuat dalam menyebarkan penemuan baru. Apalagi
jika penemuan baru itu kemudian diteruskan oleh para pemuka masyarakat.
Akan tetapi, difusi-inovasi juga bisa langsung mengenai khalayaknya. Menurut
Rogers dan Shoemaker (1971) difusi adalah proses di mana penemuan disebarkan
kepada masyarakat yang menadi anggota sistem sosial.
Unsur utama difusi adalah (a) inovasi;
(b) yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu; (c) dalam jangka waktu
tertentu; (d) di antara para anggota suatu sistem sosial. Inovasi adalah suatu
ide, karya atau objek yang dianggap baru oleh seseorang. Ciri-ciri inovasi yang
diraskan oleh para anggota suatu sistem sosial menentukan tingkat adopsi: (a) relative
advantage (keuntungan relatif); (b) compatibility (kesesuaian); (c) complexity
(kerumitan); (d) triability (kemungkinan dicoba); (e) observability
(kemungkinan diamati).
Relative
advantage adalah suatu derajat di mana inovasi diraasakan lebih
baik daripada ide lain yang
menggantikannya. Compability adalah suatu derajat di mana inovasi
dirasakan ajeg atau konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalamann dan
kebutuhan mereka yang melakukan adopsi. Complexity adalah mutu
derajat di mana inovasi dirasakan sulit dimengerti dan digunakan. Triability
adalah mutu derajat di mana inovasi dieksperimentasikan pada landasan yang
terbatas . Observability adalah suatu derajat di mana inovasi
dapat disaksikan oleh orang lain.
Everett M. Rogers dan Floyd G.
Shoemaker mengemukakan bahwa teori difusi inovasi dalam prosesnya ada empat
tahap, yaitu:
1.
Pengetahuan, kesadaran individu akan adanya inovasi dan pemahaman
tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.
2.
Persuasi, individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap
inoovasi.
3.
Keputusan, individu melibatkan dii pada aktivitas yang mengarah pada
pilihan untuk menerima atau menolak inovasi.
4.
Konfirmasi, individu mencari penguatan (dukungan) terhadap keputusan
yang telah dibuatnya, tapi ia mungkin saja merubah keputusan jika ia memperoleh
isi pernyataan yang bertentangan.
Jika disimpukan, menurut teori ini
sesuatu yang baru akan menimbulkan keingintahuan masyarakat untuk
mengetahuinya. Seseorang yang menemukan hal baru cenderung untuk
mensosialisasikan dan menyebarkannya kepada orang lain. Jadi sangat cocok,
penemu ingin menyebarkan, sementara orang lain ingin mengetahuinya. Lalu
dipakailah media massa untuk memperkenalkan penemuan baru tersebut. Jadi,
antara penemu, pemakai, dan media massa sama-sama diuntungkan.
8.
Uses and Gratifications Theory (kegunaan dan kepuasan)
Herbert Blummer dan Elihu Katz adalah
orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori uses and
gratifications (kegunaan dan kepuasan) ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam
bukunya The Uses on Mass Communications: Current Perspectives on
Gratification Research. Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan
peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain,
pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media
berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha
memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori ini mengasumsikan bahwa penngguna
mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.
Teori ini merupakan kebalikan dari
teori peluru. Teori ini lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam
melihat media massa. Artinya, menusia itu mempunyai otonomi, wewenang untuk
memperlakukan media. Menurut pendapat teori ini, konsumen media mempunyai
kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan
media dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya. Teori ini juga
menyatakan bahwa media dapat mempunyai pengaruh jahat dalam kehidupan.
Kita bisa memahami interaksi orang
dengan media melalui pemanfaatan media oleh orang itu(uses) dan
kepuasan yang diperoleh (gratification). Gratifikasi yang sifatnya umum
antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaan rasa kesepian, dukungan
emosional, perolehan informasi, dan kontak sosial.
Contoh kasus:
Channel MetroTV tentu
akan lebih banyak dipilih oleh mereka yang ingin mencari kepuasan dalam
perolehan informasi dan berita dibanding dari khalayak yang ingin
memperoleh suatu pelarian diri dari rasa khawatir. Orang yang senang sinetron
akan memanfaatkan dan mencari kepuasan pada media yang bisa memberikan
kebutuhannya daripada media yang lain.
9.
Teori Agenda Seting (Agenda Setting Theory)
Teori
ini menetapkan titik temu antara asumsi media tentang kebutuhan publik akan
informasi dan harapan publik terhadap informasi yang disajikan oleh media.
Tetapi ini tidak selalu berhasil, dan yang kerap teradi adalah media mensetting
pikiran khalayak. Jadi apa yang dianggap penting oleh media, maka akan dianggap
penting pula oleh masyarakat.
Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw
adalah orang yang pertama kali memperkenalkan teori ini, yang muncul pada tahun
1973 dengan publikasi pertamanya The Agenda Setting Function of The Mass
Media.
Secara singkat teori penyusunan agenda
ini mengatakan media (khususnya media berita) tidak selalu berhasil memberitahu
apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar-benar berhasil memberitahu
kita berpikir tentang apa. Media massa selalu mengarahkan kita pada apa yang
harus kita lakukan. Media memberikan agenda-agenda melalui pemberitaannya,
sedangkan masyarakat akan mengikutinya.
Menurut asumsi teori ini, media
mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat
pada gagasan atau peristiwa tertentu. Media mengatakan pada kita apa saja yang
penting dan apa yang tidak penting. Media pun mengatur apa yang harus kita
lihat, tokoh siapa yang harus kita dukung. Dengan kata lain, agenda media
adalah agenda masyarakatnya.
Mengikuti pendapat Chaffe dan Berger
(1997) ada beberapa catatan yang perlu dikemukakan untuk memperjelas teori ini:
a.
Teori itu mempunyai kekuatan penjelas untuk menerangkan mengapa orang sama-sama
menganggap penting suatu isu.
b.
Teori itu mempunyai kekuatan memprediksikan bahwa jika orang-orang mengekspos
pada suatu media yang sama, mereka akan merasa isu yang sama tersebut penting.
c.
Teori tersebut dapat dibuktikan salah jika orang-orang tidak mengekspos
media yang sama maka mereka tidak akan mempunyai kesamaan bahwa isu media itu
penting.
Sementara itu, Stephen W. Littlejohn (1992)
pernah mengatakan, agenda setting ini beroperasi dalam tiga bagian
sebagai berikut:
1.
Agenda media itu sendiri harus diformat. Proses ini akan memunculkan masalah
bagaimana agenda media itu terjadi pada waktu pertama kali.
2.
Agenda media dalam banyak hal memengaruhi atau berinteraksi dengan agenda
publik atau kepentingan isu tertentu bagi publik. Pernyataan ini memunculkan
pertanyaan, seberapa besar kekuatan media mampu memengaruhi agenda publik dan
bagaimana publik itu melakukannya.
3.
Agenda publik memengaruhi atau berinteraksi ke dalam agenda kebijakan. Agenda
kebijakan adalah pembuatan kebijakan publik yang dianggap penting bagi
individu.
Dengan demikian, agenda setting
ini memprediksikan bahwa agenda media memengaruhi agenda publik, sementara
agenda publik sendiri akhirnya memengaruhi agenda kebijakan.
Untuk memperjelas tiga agend dalam
teori ini, ada beberapa dimensi yang berkaitan seperti yang dikemukakan
oleh Mannhein sebagai berikut:
a) Agenda media
terdiri dari dimensi-dimensi berikut:
·
Visibility (visibilitas), yakni jumlah dan
tingkat menonjolnya berita.
·
Audience salience (tingkat
menonjol bagi khalayak), yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak.
·
Valence (valensi), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan
cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.
b) Agenda khalayak terdiri
dari dimensi-dimensi berikut:
·
Familirity (keakraban), yakni derajat kesadaran
khalayak akan topik tertentu.
·
Personal salience (penonjolan
pribadi), yakni relevansi kepentingan individu dengan ciri pribadi.
·
Favorability (kesenangan), yakni pertimbangan senang
atau tidak senang akan topik berita.
c) Agenda kebijakan
terdiri dari dimensi-dimensi berikut:
·
Support (dukungan), yakni kegiatan menyenagkan bagi posisi suatu
berita tertentu.
·
Likelihood of action (kemungkinan
kegiatan), yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.
·
Freedom of action (kebebasan
bertindak), yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.
10.
Media Critical Theory
Teori ini berakar dari aliran ilmu-ilmu
kritis yang bersumber pada ilmu sosial Marxis. Beberapa tokoh pelopornya antara
lain; Karl Marx, Engels Guevera, Regis, Debay, T. Adorno, Horkheimer, Marcuse,
Habermas, Altrusser, Johan Galtung, Cardoso, Dos Santos, Paul Baran Samir Amin,
Hamza Alavi (pemikiran modern). Ilmu ini juga disebut dengan emancipatory
science (cabang ilmu sosial yang berjuang untuk mendobrak status quo dan
membebaskan manusia, khususnya rakyat miskin dan kecil dari status quo dan
struktur sistem yang menindas).
Beberapa teori studi budaya (cultural
studies) dan ekonomi politik juga bisa dikaitkan dengan teori kritis.
Sebab, teori-teori itu secara terbuka menekankan perlunya evaluasi dan kritik
terhadap status quo. Teori kritis membangun pertanyaan dan menyediakan
alternatif jalan untuk menginterpretasikan hukum sosial media massa.
Teori kritis sering menganalisis secara
khusus lembaga sosial, penyelidikan luas untuk yang dinilai objektif adalah
mencari dan mencapai. Media massa dan budaya massa telah mempromosikan banyak
hal yang ikut menjadi sasaran teori kritis. Bahkan ketika media massa tidak
melihat sebagai sumber masalah khusus, mereka dikritik untuk memperburuk atau
melindungi masalah dari yang diidentifikasikan atau disebut dan dipecahkan.
Bisa dikatakan bahwa teori media kritis
ini sebisa mungkin mendorong perubahan secara terus-menerus. Hegemoni pemilik
modal sudah saarnya dihilangkan dengan perlawanan. Sebab, pemilik modal
biasanya akan lebih mementingkan safety first bisnis media massanya. Artinya,
jika kebijakan media mengancam kemarahan pemerintah yang akhirnya mengancam
bisnis medianya harus dilawan. Teori media kritis merupakan alternatif baru
dalam usaha memahami seluk-beluk media dan bagaimana media itu harus selalu
bersikap untuk tidak mengukuhkan status quo.
Menurut perspektif teori ini, media
tidak boleh hanya memberitakan fakta atau kejadian yang justru memperkuat status
quo. Media harus terus mengkritisi setiap ketidakadilan yang ada di
sekitarnya. Hal ini juga berarti, media tidak boleh tunduk pada pemilik modal
yang kadang ikut menghegemoni isi medianya. Media harus terus mengkritisi dan
melawan segala bentuk hegemoni dan kekuasaan yang hanya berada di tangan
penguasa.
11.
Selective Processes Theory (Teori Proses Selektif)
Teori ini merupakan hasil penelitian
lanjutan tentang eefek media masa pada Perang Dunia II yang mengatakan bahwa
penerimaan selektif media massa mengurangi sejumlah dampak media. Teori ini
menilai khalayak cenderung melakukan selective exposure (terpaan
selektif). Mereka menolak pesan yang berbeda dengan kepercayaannya.
Tahun 1960 Joseph Kalpper menerbitkan
kajian penelitian efek media massa yang tergabung dalam penelitian pasca perang
tentang persuasi, pengaruh personal dan proses selektif. Klapper menyimpulkan bahwa
pengaruh media itu lemah, presentase pengaruhnya kecil bagi pemilih dalam
pemilihan umum, pasar saham, dan pengiklan.
12.
Social Learning Theory (Teori Pembelajaran Sosial)
Selama beberapa tahun kesimpulan
Klapper dirasakan kurang memuaskan. Penelitian dimulai lagi dengan memakain
pendekatan yang baru, yang dapat menjelaskan pengaruh media yang tak dapat
disngkal lagi, terutama televisi terhadap remaja. Maka muncullah teori baru
yang bernama Social Learning Theory (Teori Pembelajaran Sosial). Teori
ini diaplikasikan pada perilaku konsumen yang bertujuan untuk memahami efek
terpaan media massa. Berdasarkan hasil penelitian Albert Bandura, teori ini
menjelaskan bahwa pemirsa meniru aoa yang mereka lihat di televisi, melalui
suatu proses observational learning (pembelajaran hasil pengamatan).
Klapper menganggap bahwa ganjaran dari karakter TV diterima sebagai perilaku
antisosial, termasuk menjadi toleran terhadap perilaku perampokan dan
kriminalitas, menggandrungi kehidupan glamor seperti di televisi.
I. KONSEP MASSA
Massa memiliki
unsur-unsur penting, yaitu:
1.
Terdiri
dari sekelompok masyarakat dalam jumlah yang sangat besar, yang menyebar
dimana-mana dan satu dengan lainnya tidak saling mengenal atau pernah bertemu
atau berhubungan secara personal.
2.
Jumlah
massa yang besar menyebabkan massa tidak dapat dibedakan satu dengan lainnya.
Misalnya penonton RCTI dengan Anteve. Karenanya konsep massa dari
segmentasi sulit diprediksi dengan angka-angka pasti (akurat).
3.
Karena
jumlah yang besar maka massa juga sukar diorganisir. Jumlah massa yang
besar itu cenderung bergerak sendiri-sendiri berdasarkan sel-sel massa yang
dapat dikendalikan oleh orang-orang dalam sel itu. Gerakan-gerakan massa
akan semakin besar apabila sel-sel itu bertemu dan bergerak berdasarkan kondisi
sesaat yang terjadi di lapangan. Interaksi yang terjadi biasanya bersifat
emosional.
4.
Massa
merupakan refleksi dari kehidupan sosial secara luas. Setiap bentuk kehidupan
sosial merefleksikan suatu kondisi masyarakat secara keseluruhan.
J. PROSES KOMUNIKASI
MASSA
Komunikasi massa
dalam prosesnya melibatkan banyak orang yang bersifat kompleks dan rumit.
Menurut McQuail (1999) proses komunikasi massa terlihat berproses dalam
bentuk:
1.
melakukan
distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar. Jadi proses komunikasi
massa melakukan distribusi informasi kemasyarakatan dalam skala yang besar,
sekali siaran atau pemberitaan jumlahdan lingkupnya sangat luas dan besar.
2.
proses
komunikasi massa cenderung dilakukan melalui model satu arah yaitu dari
komunikator kepada komunikan atau media kepada khalayak. Interaksi yang
terjadi sifatnya terbatas.
3.
proses
komunikasi massa berlangsung secara asimetris antara komunikator dengan
komunikan. Ini menyebabkan komunikasi antara mereka berlangsung datar dan
bersifat sementara. Kalau terjadi sensasi emosional sifatnya sementara dan
tidak permanen.
4.
proses
komunikasi massa juga berlangsung impersonal atau non pribadi dan anonim.
5.
proses
komunikasi massa juga berlangsung didasarkan pada hubungan kebutuhan-kebutuhan
di masyarakat. Misalnya program akan ditentukan oleh apa yang dibutuhkan
pemirsa. Dengan demikian media massa juga ditentukan oleh rating yaitu
ukuran di mana suatu program di jam yang sama di tonton oleh sejumlah khalayak
massa.
K. BUDAYA MASSA
Komunikasi massa
berproses pada level budaya massa sehingga sifat-sifat komunikasi massa
sangat dipengaruhi oleh budaya massa yang berkembang di masyarakat di
mana proses komunikasi itu berlangsung. Dengan demikian, maka budaya
massa dalam dalam komunikasi massa memiliki karakter sebagai berikut:
1.
non-tradisonal,
yaitu umumnya komunikasi massa berkaitan erat dengan budaya populer.
Acara-acara infoteiment, variety show, Indonesian idol merupakan contohnya.
2.
budaya
massa juga bersifat merakyat, tersebar di basis massa sehingga tidak mengerucut
pada tingkat elit, namun apabila ada elit yang terlibat dalam proses ini, maka
itu bagian dari proses dari basis massa itu sendiri.
3.
budaya
massa juga memproduksi produk-produk massa. Semua orang dapat
memanfaatkan sebagai hiburan umum.
4.
budaya
massa sangat berhubungan dengan budaya populer sebagai sumber budaya
massa. Bahkan secara tegas dikatakan bahwa bukan populer kalau bukan
budaya massa, artinya budaya tradisional juga dapat menjadi populer apabila
menjadi budaya massa. Misalnya srimulat, campursari atau ludruk.
Pada mulanya kesenian tradisional ini berkembang di masyarakat tradisional
dengan karakter-karekter tradisional, namun ketika kesenian ini dikemas di
media massa maka sentuhan-sentuhan populer mendominasi seluruh kesenian itu
baik cerita, kostum, latar dan tidak lagi menjadi sebatas konsumsi masyarakat
pedesaan.
5.
budaya
massa terutama diproduksi oleh media massa dengan biaya yang cukup besar dengan
harapan menghasilkan keuntungan yang lebih besar sebagai kelanjutan budaya
massa itu sendiri. Karena itu budaya massa diproduksi secara komersial
agar tidak saja menjadi jaminan keberlangsungan budaya massa namun juga
menghasilkan keuntungan bagi kapital yang diinvestasikan pada kegiatan
tersebut.
6.
budaya
massa juga diproduksi secara eksklusif dengan simbol-simbol kelas sosial atas
sehingga terkesan modern dan prestisius, namun sebenarnya budaya massa untuk
siapa saja yang ingin menikmatinya. Syarat utama dari ekslusifitas budaya
massa ini adalah keterbukaan dan kesediaan terlibat dalam budaya secara massal.
L. FUNGSI KOMUNIKASI MASSA
Komunikasi massa
adalah salah satu aktivitas sosial yang berfungsi di masyarakat. Robert
K.Merton mengemukakan bahwa fungsi aktivitas sosial memiliki dua aspek, yaitu
fungsi nyata (manifest function) adalah fungsi nyata yang diinginkan, kedua
fungsi tidak nyata atau tersembunyi (latent function), yaitu fungsi tidak
diinginkan. Sehingga pada dasarnya setiap fungsi sosial dalam masyarakat
itu memiliki efek fungsional dan disfungsional.
Selain manifest
function dan latent function, setiap aktivitas sosial juga berfungsi melahirkan
(beiring function) fungsi-fungsi sosial lain, bahwa manusia memiliki kemampuan
beradaptasi yang sangat sempurna. Sehingga setiap fungsi sosial yang
dianggap membahayakan dirinya, maka ia akan mengubah fungsi-fungsi sosial yang
ada. Contohnya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh pemerintah,
disatu sisi adalah untuk membersihkan masyarakat dari praktik korupsi, namun di
sisi lain tindakan pemberantasan korupsi yang tidak diikuti dengan perbaikan
sistem justru akan menimbulkan ketakutan bagi aparatur pemerintah secara luas
tentang masa depan mereka karena merasa tindakannya selalu diawasi, ditakuti
dan ditindak.
Tak adanya
perbaikan sistem yang baik dan ketakutan justru akan melahirkan (beiring)
model-model korupsi baru yang lebih canggih. Dengan demikian, aktivitas
sosial lama itu ketika mendapat tekanan sosial, kemudian mengalami metamorfosa
dan kemudian melahirkan aktivitas sosial.Begitu pula dengan fungsi komunikasi media massa,
sebagai aktivitas sosial masyarakat, komunikasi media massa juga mengalami hal
yang serupa. Seperti pemberitaan bahaya Tsunami terhadap kehidupan
masyarakat pantai. Di satu sisi pemberitaan tersebut adalah informasi
mengenai bagaimana masyarakat pantai dapat menghindari bahaya Tsunami ketika
bencana itu datang, tapi pemberitaan itu juga sekaligus menciptakan ketakutan
dan kecemasan yang amat sangat bagi masyarakat yang hidup di pesisir
pantai. Bahkan pemberitaan itu juga berdampak buruk bagi orang-orang
pegunungan yang akanMerencanakan pindah tempat tinggal kedaerah pesisir
k.1 Fungsi pengawasan
Media massa
merupakan sebuah medium di mana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap
aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan ini bisa berupa peringatan
dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol
sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti, pemberitaan bahaya narkoba bagi
kehidupan manusia yang dilakukan melalui media massa dan ditujukan kepada
masyarakat, maka fungsinya untuk kegiatan preventif agar masyarakat tidak terjerumus
dalam pengaruh narkoba.
Sedangkan fungsi
persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat sesuai
dengan apa yang dilakukannya. Medai massa dapat memberi reward kepada
masyarakat yang bermanfaat dan fungsional bagi anggota masyarakat
lainnya, namun sebagainya akan memberikan punishment apabila aktivitasnya
tidak bermanfaat bahkan merugikan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat.
k.2Fungsi social learning
Fungsi utama dari
komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan
sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan
pencerahan-pencerahan kepada masyarakat di mana komunikasi massa
itu berlangsung. Komunikasi massa itu dimaksukan agar proses pencerahan
itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat
secara luas. Fungsi komunikasi massa ini merupakan sebuah andil yang
dilakukan untuk menutupi kelemahan fungsi-fungsi paedogogi yang dilaksanakan
melalui komunikasi tatap muka, di mana karena sifatnya, maka fungsi paedogogi
hanya dapat berlangsung secara eksklusif antara individu tertentu saja.
k.3Fungsi penyampaian informasi
Komunikasi massa
yang mengandalkan media massa, emiliki fungsi utama, yaitu menjadi proses
penyampaian informai kepada masyarakat luas. Komunikasi massa
memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat
secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informasi tercapai dalam waktu
cepat dan singkat.
k.4Fungsi transformasi budaya
Fungsi informatif
adalah fungsi-fungsi yang bersifat statis, namun fungsi-fungsi lain yang lebih
dinamis adalah fungsi transformasi budaya. Komunikasi massa sebagaimana
difat-sifat budaya massa, maka yang terpentin adalah komunikasi massa menjadi
proses transormai budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen
komunikasi massa, terutama yang dilakukan oleh media massa.
Fungsi transformasi
budaya ini menjadi sangat penting dan terkait dengan fungsi-fungsi lainnya
terutama fungsi social learning, akan tetapi fungsi transformasi budaya lebih
kepada tugasnya yang besar sebagai bagian dari bidaya global. Sebagaimana
diketahui bahwa perubahan-perubahan budaya yang disebabkan karena perkembangan
telematika menjadi perhatian utama semua masyarakat di dunia, karena selain
dapat dimanfaatkan untuk pendidikan juga dapat dipergunakan untuk fungsi-fungsi
lainnya, seperti politik, perdagangan, agama, hukum, militer, dan
sebagainya.
Jadi, tidak dapat
dihindari bahwa komunikasi massa memainkan peran penting dalam proses ini di
mana hampir semua perkembangan telematika mengikut-sertakan proses-proses
komunikasi massa terutama dalam proses transformasi budaya.
k.5 Hiburan
k.5 Hiburan
Fungsi lain dari
komunikasi adalah hiburan, bahwa seirama dengan fungsi-fungsi lain,komunikasi
massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komuniasi massa
menggunakan media massa, adi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa
juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa Transformasi budaya yang
dilaksanakan oleh komunikasi massa mengikut-sertakan fungsi hiburan ini sebagai
bagian penting dalam fungsi komunikasi massa.
Hiburan tidak
terlepas dari fungsi media massa itu sendiri dan juga tidak terlepas dari
tujuan transformasi budaya.Dengan demikian, maka fungsi hiburan dari komunikasi
massa saling mendukung fungsi-fungsi lainnya dalam proses komunikasi massa.
M. KOMUNIKASI MASSA SEBAGAI SISTEM SOSIAL
Kata sistem
berassal dari bahasa Yunani, yaitu systema. Artinya sehimpunan dari
bagian atau komponen yang saling berhubungan satu sama lain secara teratur dan
merupakan suatu keseluruhan (Narwoko dan Suyanto, 2004:123). Dalam
tradisi ilmu sosial penggunaan istilah sistem lebih sering digunakan untuk
merujuk pada pengertian sebuah sistem organik, yaitu sebuah sistem yang
didalamnya terdiri dari beberapa komponen yang lebih kecil yang memiliki
kehidupan (animate). Istilah ini digunakan untuk membedakan penggunaan
istilah yang sama pada ilmu-ilmu eksakta, di mana sebuah sistem anorganik
terdiri dari beberapa komponen yang lebih kecil yang tak berjiwa (in-animate).
Walaupun demikian,
kedua istilah sistem itu mengarah kepada pengertian sistem sebagai sebuah
himpunan kehidupan sosial yang terdiri dari komponen-komponen yang saling
berhubungan satu dengan lainnya secara teratur dan sistematis serta membentuk
suatu kehidupan yang menyeluruhDi masyarakat, sistem digunakan untk beberapa
pengertian sebagai berikut:
1.
sistem
ditujukan sebagai gagasan atau ide yang tersusun, terorganisir dan membentuk
suatu kesatuan yang sistematis dan logis, umpanya adalah filsafat, nilai
pemerintahan, demokrasi, kekerabatan, dan sebagainya.
2.
sistem
yang merujuk pada pengertian sebuah kesatuan, kelompok, sebuah himpunan dari
beberapa unit atau komponen yang terpisah-pisah, memiliki hubungan-hubungan
khusus sehingga membentuk sebuah keseluruhan yang utuh, seperti pesawat
terbang, komputer, arloji, dan sebagainya.
3.
sistem
ditujukan untuk menyebutkan sebuah metod, cara, tehnik yang digunakan, seperti
sistem belajar, sistem pelatihan, sistem bertindak, dan sebagainya.
Talcot Parson membagi karakter sistem
sosial menjadi ;
1.
karakter himpunan yaitu sistem terdiri dari beberapa komponen
yang terdapat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari
2.
karakter equilibrium, yaitu sistem merupakan sebuah kehidupan
yang seimbang diatur oleh norma dan aturan-aturan dalam masyarakat tersebut.
(Ritzer dan Goodman, 2003)
Hal-hal yang dapat dimanfaatkan dari teori
sistem adalah:
1.
sistem
sebagai suatu teori dapat digunakan semua ilmu-ilmu sosial.
2.
sistem
mengandung banyak tingkatan dan dapat diaplikasikan pada aspek dunia sosial
berskala besar maupun kecil, ke aspek ruang paling subjektif dan objektif.
3.
teori
sistem tertarik pada keragaman hubungan dari berbagai aspek dunia sosial.
4.
pendekatan
sistem cenderung menganggap melihat semua aspek sosiokultural dari segi proses,
khususnya jaringan informasi dan komunikasi.
5.
teori
sistem bersifat inherent dan integratif (Ritzer dan goodman; 2003)
Komunikasi massa
sebagai sistem sosial memiliki komponen-komponen penting yaitu :
1.
nara
sumber sebagai sumber-sumber informasi bagi media massa.
2.
publik
yang mengkonsumsi media massa.
3.
media
massa meliputi, organisasinya, sumber daya manusia, fasilitas produksi,
distribusi, kebijakan yang ditempuh, ideologi yang diperjuangkan, dsb.
4.
aturan
hukum dan perundang-undangan, norma-norma dan nilai-nilai, serta kode etik yang
mengatur pelaksanaan semua stakeholder komunikasi massa.
5.
institusi
pendukung yang tumbuh untuk memberikan kontribusi terhadap kegiatan komunikasi
massa, seperti percetakan, periklanan, production house, dll.
6.
pihak-pihak
yang mengendalikan berlangsungnya komunikasi massa, permodalan, penguasa,
kekuatan politik, maupun kelompok kepentingan.
7.
unsur-unsur
penunjang lain yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan komunikasi
massa. Contohnya perusahaan penghasil teknologi komunikasi, kondisi
sosial, ekonomi, politik, kondisi global internasional dan percaturan
politik dunia.
N. PERAN MEDIA MASSA
Media massa adalah
institusi yang berperan sebagai agen of change, yaitu sebagai institusi pelopor
perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan
paradigmanya media massa berperan :
1.
sebagai
institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi.
Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas,
terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju.
2.
media
massa menjadi media informasi bagi masyarakat. Dengan banyak informasi
masyarakat menjadi lebih mampu berpartisipasi dalam setiap aktivitasnya.
3.
media
massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga
menjadi institusi budaya, menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan
budaya.
O. EFEK KOMUNIKASI MASSA
Berdasarkan teorinya, efek
komunikasi masa dibedakan menjadi tiga macam efek, yaitu efek terhadap
individu, masyarakat, dan kebudayaan.
n.1Efek
komunikasi masa terhadap individu
Menurut Steven A. Chafee, komunikasi
masa memiliki efek-efek berikut terhadap individu:
1.
Ekonomis:
menyediakan pekerjaan, menggerakkan ekonomi (contoh: dengan adanyaindustri
media massa membuka lowongan pekerjaan)
2.
Efek
sosial: menunjukkan status (contoh: seseorang kadang-kadang dinilai dari media
massa yang ia baca, seperti surat kabar pos kota memiliki pembaca berbeda
dibandingkan dengan pembaca surat kabar Kompas.
3.
Efek
penjadwalan kegiatan
4.
Efek
penyaluran penghilang perasaan
5.
Efek
perasaan terhadap jenis media
Menurut Kappler (1960) komunikasi
masa juga memiliki efek:
1.
conversi,
yaitu menyebabkan perubahan yang diinginkan dan perubahan yang tidakdiinginkan.
2.
memperlancar
atau malah mencegah perubahan
3.
memperkuat
keadaan (nilai, norma, dan ideologi) yang ada.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Organisasi adalah bentuk formal dari sekelompok manusia
dengan tujuan individualnya masing-masing yang bekerja sama dalam suatu proses
tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Agar tujuan organisasi dan tujuan
individu dapat tercapai selaras dan harmonis maka diperlukan kerja sama dan
usaha yang sungguh-sungguh dari kedua belah pihak untuk bersama sama berusaha
saling memenuhi kewajiban masing-masing secara bertanggung jawab sehingga pada
saat masing-masing mendapatkan haknya dapat memenuhi rasa keadilan baik bagi
anggota organisasi. Komunikasi massa dan organisasi saling terkait dan
berhubungan satu sama lain. proses
dimana organisasi media membuat
dan menyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik). Organisasi - organisasi
media ini akan menyebarluaskan pesan-pesan yang akan memengaruhi dan
mencerminkan kebudayaan suatu
masyarakat, lalu informasi ini akan mereka hadirkan serentak pada khalayak luas
yang beragam.
DAFTAR PUSTAKA
·
Teori komunikasi. Theories of human communication.salemba humanika.edisi 9
·
Karaeng_id.blogspot.co.id
·
Chellyneindra.blogspot.com/2014/03/teori-komunikasi-massa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar