Konglomerasi
Media adalah penggabungan-penggabungan perusahaan media menjadi perusahaan yang
lebih besar yang membawahi banyak media. Konglomerasi ini dilakukan
dengan melakukan korporasi dengan perusahaan media lain yang dianggap mempunyai
visi yang sama. Pembentukan konglomerasi ini dengan cara kepemilikan
saham, joint venture / merger, atau pendirian kartel komunikasi dalam skala
besar baik integrasi vertikal,intergasi horisontal maupun kepemilikan silang. Akibatnya kepemilikan media
yang berpusat pada segelintir orang.
Contoh dalam hal ini ada CT Corp ini dibawahi
oleh Chairul Tanjung. Di dalamnya ada Trans Media yang membawahi media-media
yaitu Trans Tv, Trans 7, Detik.com, Detik Tv, Trans Vision, dan akan masuk CNN
Indonesia. Jadi ketika CT memiliki modal banyak akhirnya ia berbisnis media.
Bahwa bisnis media membutuhkan biaya yang sangat besar membutuhkan biaya
miliaran bahkan triliunan rupiah, orang yang tidak memiliki modal maka tidak
memiliki kesempatan dan orang yang memiliki modal dapat melebarkan sayapnya
seperti CT sekarang memiliki Trans Media yang awalnya ia hanya memiliki Trans
Tv, namun sekarang memiliki banyak media dalam satu wadah.
Sebelumnya Chairul Tanjung sudah memiliki
Trans TV dan kemudian ia mengakuisisi TV 7 dan mengubah namanya menjadi
Trans 7. Kedua televisi miliknya ini mempunyai konsep hiburan. Keduanya hanya
dibedakan oleh bidikan pangsa pasar dan perbedaan program dengan konsep
yang khas remaja saat ini.Trans TV mengambil pangsa pasar menengah keatas,
sedangkan Trans 7 untuk kalangan menengah kebawah. Selain itu melebarkan
sayapnya
pada media online dan tv kabel berlangganan.
Share dan Rating trans Media
Trans Tv ada rapat evaluasi
setiap minggunya. Membahas mengenai share rating antara Trans TV dengan SCTV
dan Trans TV dengan RCTI, karena rating tertinggi untuk media komersil saat ini
masih dipegang oleh SCTV dan RCTI dengan FTV dan reality show-nya. Pesaing
Trans TV adalah SCTV dan RCTI karena share dan ratingnya bersaing sengit.
Kompetisinya biasa menyaingi
masing-masing program, bukan hanya program acara tapi juga masuk ke dalam
konten berita untuk menyaingi, karena di program berita saat ini masih kuat
Liputan 6 SCTV, Sindo di urutan kedua dan Trans TV di urutan ketiga
(Reportase). “Kompetisi itu biasa”
Pada intinya, kepemilikan media hanya dapat
dinikmati segelintir orang saja dan membentuk sebuah gurita media karena satu
orang menguasai berbagai media. Mungkin bagi kebanyakan orang,
nampaknya hal ini sah-sah saja. Karena setiap orang pasti akan selalu berusaha
untuk mengembangkan usahanya. Tetapi ternyata baik konglomerasi, konvergensi
serta monopoli di bidang media, memiliki dampak yang luar biasa berbahaya bagi
masyarakat, karena dapat membentuk opini tertentu yang tidak sehat, sterotipe
pada suatu hal tertentu dan lain-lain. Jika sudah begitu, kita sendiri yang
harus pintar memilih dan bersikap netral